+972 Magazine mewawancarai Khalil Shaheen, seorang penduduk Gaza dan seorang pakar dalam pengaruh kebijakan Israel, Otoritas Palestina, dan Hamas perihal pengepungan jalur pantai, untuk mendapatkan gambaran bagaimana keadaan di Gaza, dan bagaimana kemungkinan akan lebih memburuknya keadaan di sana.

Kondisi semakin memburuk di Jalur Gaza dalam sebulan terakhir, semenjak Israel dan Otoritas Palestina memotong pasokan listrik yang memang sebelumnya jauh dari kata cukup. Namun yang perlu diingat adalah penduduk Gaza memang tumbuh dalam kondisi kelistrikan yang kurang memadai sehingga krisis bukan merupakan hal yang baru.

Selain limbah yang mengalir ke laut yang tidak terolah, ICU rumah sakit yang bergantung sepenuhnya pada generator minyak, kekurangan pasokan listrik juga mengakibatkan efek yang mengerikan terhadap kehidupan sehari-hari di Gaza. Tanpa pasokan listrik maka pompa yang mendistribusikan air ke rumah susun tidak bias berfungsi.

“Dulu, air mengalir ke pemukiman ini antara 2-3 jam dalam 1 atau 2 hari sekali,” kata Khalil Shaheen. “Dan sekarang di musim panas. Kemarin, rumah saya hanya mengalir 1 jam saja. ”

Israel menarik tentaranya dari Jalur Gaza lebih dari satu dekade yang lalu, namun mereka tetap memegang kendali atas banyak aspek kehidupan di daerah ini. Tentara Israel menguasai dataran dan perbatasan laut, memutuskan siapa atau apa yang bisa masuk dan keluar, melarang pemasangan teknologi primer seperti telpon seluler 3G dan telah melakukan tiga operasi militer yang menyebabkan ribuan warga Gaza tewas. Israel jugalah yang memasok sebagian besar pasokan listrik ke Gaza, namun jauh dari kata cukup.

Shaheen, yang merupakan direktur Unit Hak Sosial dan Ekonomi di Pusat Hak Asasi Manusia Palestina (PCHR), salah satu kelompok hak asasi Palestina yang paling aktif, memantau dampak dari kebijakan Israel, Otoritas Palestina, dan Hamas pada kehidupan di Jalur Gaza.

“Saya takut dengan kondisi yang sedang berlangsung, Gaza akan tidak layak huni di akhir 2018,” katanya dalam wawancara telepon awal pekan ini.

Apakah anda dapat menceritakan apa yang sendang terjadi di Gaza sekarang?

Saya bahkan tidak mampu menggambarkan Gaza sebagai sebuah penjara, karena seharusnya tahanan pun memiliki hak dasar. Gaza adalah daerah terisolir di bawah pendudukan, di mana orang tidak diijinkan masuk dan keluar. Ada krisis listrik yang membuat jutaan orang tanpa listrik berjam-jam setiap harinya, 97% air Gaza tidak dapat diminum, tidak cukup listrik untuk memenuhi kebutuhan sanitasi dasar.

Israel dan Otoritas Palestina berusaha mencegah pasien yang membutuhkan perawatan darurat memasuki Tepi Barat atau Israel. Banyak terjadi kekurangan pengobatan dan perawatan.

Ini adalah bencana besar. Kebijakan pendudukan Israel ada dalam kehidupan sehari-hari kita. Ini benar adanya dan tidak hanya dalam tiga perang terakhir di Gaza dan pengepungan yang sedang berlangsung; Ini termasuk kebijakan membelah Tepi Barat (termasuk Yerusalem Timur) dari Gaza.

Bagaimana dengan krisis air sekarang?

Sayang sekali ada penghuni rumah susun yang tidak memiliki akses air bersih karena tidak adanya listrik untuk memompa air dari tanah ke mereka yg berada di lantai yang lebih tinggi.

Dulu air mengalir ke pemukiman ini antara 2-3 jam dalam 1 atau 2 hari sekali. Namun sekarang di musim panas, Kemarin air hanya mengalir 1 jam saja. Sementara itu pemerintah kota berusaha menyalurkan air ke berbagai wilayah di Gaza.

Yang perlu diingat adalah semua ini terjadi pada 60% penduduk Gaza yang pengangguran, dimana 80% bergantung pada bantuan. Seminggu yang lalu Oxfam berhenti menyalurkan paket bantuan karena masalah keuangan, yang akan berpengaruh pada total populasi 30.000 orang.

Seperti apa Gaza pada musim panas?

Biasanya penuh dengan kehidupan. Tapi sekarang semuanya adalah kegelapan. Anda berjalan dengan kegelapan. Satu-satunya hiburan adalah pantai, karena di sanalah anda bisa menemukan kerlip cahaya dari generator.

Tetapi sekarang kami khawatir dengan pencemarannya. Anda akan melihat ribuan orang berenang pada musim panas yang lalu namun sekarang anda akan kesulitan menyaksikan pemandangan tersebut karena kami takut keracunan akibat pencemarannya.

Siapa yang disalahkan warga Gaza atas krisis sekarang?

Baik kebijakan Israel untuk mengisolasi Gaza maupun konflik internal antara Otoritas Palestina dan Hamas telah menyebabkan penderitaan ini.

Warga Gaza membayar pajak baik kepada Otoritas Palestina maupun Hamas namun mereka hampir tidak mendapatkan pelayanan dari keduanya. Mereka percaya bahwa kedua pihak tersebut telah gagal menunjukkan kemauan politik untuk mengakhiri konflik, mencapai persatuan, dan memberi rakyat Palestina akses terhadap semua hak dasar.

Sementara persaingan menimbulkan budaya ketakutan. Pegawai Otoritas Palestina di Gaza takut mengkritik Hamas, dan pegawai Hamas takut mengkritik Abbas.

Bagaimana penduduk Gaza menjalaninya?

Mereka yang termiskin dan yang paling terpinggirkan hanya hidup dari roti dan teh. Saya khawatir dengan kondisi seperti ini Gaza akan menjadi tidak layak huni pada akhir 2018, bukan 2020 seperti yang diperkirakan oleh PBB sebelumnya.

Warga Gaza tidak bisa menikmati budaya, mereka tidak bisa pergi ke teater dan atau ke bioskop. Hal inilah yang membuat hidup mereka sulit. Dunia harus ingat bahwa isolasi menghasilkan ekstremisme dan terorisme.

Saya tidak dapat membayangkan bagaimana masyarakat internasional mendukung isolasi sementara pada saat yang sama mereka menginginkan orang menjadi lebih moderat dan terbuka.

Pemerintah pendudukan Israel menempatkan orang-orang di dalam botol dan menutupnya, hanya membukanya saat semua udara hampir hilang dengan mengurangi hukuman kolektif agar mengizinkan ratusan orang untuk keluar atau mengizinkan beberapa barang dan komoditas masuk ke Gaza.

Ada beberapa perubahan politik yang sedang terjadi pada Hamas dan saya harap partai tersebut akan berubah. Biarpun belum ada pencapaian yang nyata namun Hamas seharusnya memikirkan penduduk di Gaza dan membiarkan mereka hidup bermartabat.

Rakyat Gaza adalah orang yang bebas dan moderat dan mereka percaya pada toleransi. Ini dulunya adalah arus yang mendasari budaya penduduk Gaza sejak sebelum Otoritas Palestina ada.

Tapi ketika Anda mencegah orang bekerja atau bepergian dan menjelajahi kehidupan normal di luar Gaza, maka itu akan mempengaruhi kehidupan orang-orang dan menimbulkan depresi.

Isu yang paling besar saat ini adalah kenyataan bahwa rakyat Palestina semakin kehilangan harapan dari hari ke hari. Mereka menginginkan kehidupan normal seperti pada semua bangsa dan semua orang di seluruh dunia. Ketika anda kehilangan harapan, maka keadaan akan menjadi sangat sangat buruk.

Edo Konrad
https://972mag.com/gaza-will-be-unlivable-next-year-not-2020-as-the-un-says/128598/