Kehormatan, sama seperti integritas, bukanlah sebuah dagangan, seperti kondominium berlapis emas di New York yang dijual kepada siapa pun yang  bisa menawar paling tinggi. Bukan juga izin bagi pembawa pesan untuk bisa membisikkan sesuatu di belakang apa yang tidak bisa diucapkan di depan demi kelayakan dan saling menghormati.

Tetap saja, setelah mendapat kritikan dari pemimpin Palestina setelah peristiwa memalukan, yaitu pemindahan Kedutaan Besar AS ke ibukota Palestina, itulah yang coba dilakukan oleh Jared Kushner dengan pendekatannya yang penuh dengan kebohongan kepada masyarakat Palestina dalam wawancara terbarunya dengan Al Quds.

Jauh lebih mudah untuk menganggap Kushner sebagai sekedar partisan pemula yang, bersama dengan keluarganya, menjalani hidupnya dengan memuja-muja keunggulan negara Yahudi demi kepentingan pribadi, yang dibungkus dengan prinsip relijius. Bagi mereka, sama seperti Zionis lainnya, Palestina hanyalah rintangan dalam meraih supremasi yang dimulai dengan restu dari Amerika Serikat jauh sebelum Nakba (eksodus Palestina pada tahun 1948 – penerjemah).

Jared Kushner, dan keluarga Kushner, dan perusahaan Kushner sangat terlibat dalam pembiayaan pendudukan Israel di Palestina dan eksploitasi rakyat Palestina.

Jared Kushner merupakan pengunjung tetap di Israel sejak masa kanak-kanaknya. Sebagai seorang remaja berusia 16 tahun, dia dan ribuan remaja Yahudi lainnya ikut serta dalam tur kamp konsentrasi Auschwitz yang dipimpin oleh Benyamin Netanyahu sendiri, mengibarkan bendera Israel selama tur. Dan di akhir tur, mereka terbang ke Israel sebagai bagian dari “lahir kembali sebagai Zionis.”

Keluarga Kushner menganggap Netanyahu sebagai bagian dari keluarga, dan sering menceritakan bagaimana kehidupan calon Perdana Menteri tersebut saat Jared masih kecil, sering menginap di rumah Kushner dan bahkan tidur di kamar Jared.

Anak tertua keluarga Kushner, Charles Kushner, rutin menyumbang dana untuk proyek-proyek Israel termasuk sekolah dan IDF, dan bahkan untuk dana kampanye Partai Likud. Perusahaan Kushner menggunakan pendanaan Israel secara luas … termasuk puluhan juta [dolar] dari bank Israel, perusahaan asuransi investasi dana, dan investor pribadi Israel … untuk membiayai hutang kerajaan lahan yasan (real estate) mereka. Hubungan finansial ini terus berlanjut sampai masa sekarang dan terajut erat melalui operasi dan biaya dari kejayaan Jared Kushner yang besar.

Kushner memantapkan komitmen lama keluarganya dengan Zionisme dalam bentuk kontribusi sosial bagi pemukim ilegal Tepi Barat (termasuk pemukiman Bet-El yang dikenal buruk dan radikal, yang dibangun di atas tanah yang disita oleh IDF pada tahun 1970-an dari petani miskin Palestina yang diusir dengan todongan senjata), dan bagi IDF sendiri.

Dengan kemudahan yang akan diterimanya, Kushner, dalam wawancaranya dengan Al-Quds, menjalankan permainan standar Zionis, menyalahkan pihak lain, yang menurunkan derajat Palestina menjadi sekedar penonton tak berarti dalam sejarah di mana mereka tidak memiliki kepentingan, masukan ataupun partisipasi sama sekali. Baginya, semua ini hanyalah tentang “kepemimpinan buruk” atau tidak sama sekali, sebuah proyek kolonial berusia 70 tahun yang didukung dan didanai oleh Amerika Serikat. Proyek ini masih berlangsung sampai sekarang.

Proyek ini paling jelas ada di dalam pikiran Kushner yang sederhana … hampir seperti pikiran anak-anak … dalam memandang hidup dan mati di Gaza. Bagi Kushner, dua juta orang bukan disandera oleh Israel melalui teror negara yang terkalkulasi secara sistematis, melainkan oleh PA (Otoritas Nasional Palestina/Palestinian National Autorithy – penerjemah) dan Hamas yang lebih memilih, atas kemauan mereka sendiri, untuk mengeksploitasi rakyat Palestina lainnya sebagai “pion [dalam] narasi menjadi korban” untuk mendapatkan momen “baik” dari media yang bersimpati saat mereka mengubur putra dan putri mereka sendiri.

Bahwa Kushner akan berbicara tentang tajuk berita ketimbang substansi yang ada bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Bagaimana pun dia adalah juru bicara yang direstui oleh pemerintahan yang tidak berjalan berdasarkan niat baik, penuh dengan perhatian dan konsekuensi baik, tapi lebih ke arah spanduk murahan yang memanfaatkan kesempatan atau tweet asal-asalan sehari-hari.

Tidak ada sama sekali dalam pandangan Kushner bahwa Israel bertanggung jawab sedikit pun dalam hal kamp konsentrasi terbuka terbesar di dunia yang telah berkembang berlipat ganda menjadi lebih dan lebih sadis hari demi hari dan tahun demi tahun dalam pendudukan penuhnya.

Dapat diprediksi kalau Kushner memandang penderitaan kolektif di Gaza bukan sebagai hasil dari penghancuran dan embargo oleh Israel, tapi lebih sebagai ekonomi yang disandera oleh serangkaian terowongan dan sejumlah “roket” defensif yang sama sekali tidak menyebabkan kerusakan apa pun, tapi bertujuan untuk menembus lapisan geopolitik Israel yang tak terkalahkan.

Memang, membicarakan investasi jangka panjang dan pertumbuhan ekonomi sebagai pokok dari kebutuhan mendesak Gaza untuk bertahan hidup, seperti yang dilakukan oleh Kushner, sama dengan menutup mata akan kenyataan penderitaan yang terjadi sehari-hari. Apa yang secara dramatis tidak ada dalam analisis sebab-akibat Kushner yang kekanak-kanakan adalah pengakuan bahwa Israel mengontrol penuh alur makanan, air, obat-obatan dan pergerakan masuk dan keluar Gaza.

Mudah ditebak, dia benar-benar diam mengenai kendali yang penuh perhitungan dari negara Yahudi atas infrastruktur Gaza yang dirusak dengan tujuan untuk menghukum dan memanipulasi hak asasi rakyat Palestina untuk mendapatkan air bersih dan listrik untuk rumah, rumah sakit dan sekolah mereka. Berdalih bahwa hak asasi manusia dasar tersebut entah bagaimana tergantung akan kesempatan investasi dan rekonstruksi satu dekade ke depan hanyalah penulisan ulang selektif yang dicetuskan oleh penyangkalan Kushner sendiri untuk merasa jadi orang baik.

Dalam pidato partisan Gedung Putih, apa yang dibutuhkan oleh Gaza adalah menyerahkan kemauan politiknya dan hak dasarnya untuk mengatur diri sendiri dan, seperti juga putusnya perjanjian nuklir dengan Iran dan perbaikan hubungan dengan Korea Utara, semuanya akan baik-baik saja keesokan harinya, seakan-akan bisa disulap. Di tempat lain, pesan Kushner yang dirancang dengan baik berkisar dari kenaifan belaka hingga beberapa yang nyata-nyata suatu kepalsuan.

Maka dari itu, meskipun dia dengan cepat menyebut krisis kemanusiaan di Gaza disebabkan oleh kekacauan politik pemerintahan sebelumnya, di waktu yang bersamaan saat Kushner berbicara di upacara pembukaan Kedutaan Besar AS di Yerusalem, ribuan laki-laki, perempuan dan anak-anak Palestina yang tak berdaya dibantai karena berani menggunakan hak mereka untuk berdemonstrasi di Gaza. Dan saat penembak jitu Israel mungkin saja mengenakan seragam mereka saat itu, yang dihiasi dengan lencana Bintang Daud, tidak diragukan lagi kalau di bagian dalamnya tertulis dibuat di Amerika.

Bahkan sebelum Donald Trump menjabat [sebagai presiden], menantunya sibuk mencoba untuk turut campur tangan atas nama Israel secara ilegal saat dia berusaha untuk meyakinkan negara-negara anggota Dewan Keamanan PBB untuk menghentikan pemungutan suara dalam hal resolusi yang mengkritik kebijakan pendudukan ilegal Israel.

Setelah pelantikannya, termasuk dalam kebijakan-kebijakan awalnya, Trump membekukan transfer dana $221 juta bagi USAID untuk bantuan kemanusiaan darurat di Gaza. Di waktu lain, dia menunjukkan dukungan unilateral kepada Israel yang belum pernah terjadi sebelumnya mulai dari ancaman untuk menutup kantor PLO di Washington sampai membekukan dana $65 juta untuk UNRWA yang akan digunakan untuk pelayanan kritis pengungsi Palestina … sampai ancaman untuk menangguhkan semua uang untuk Palestina “… kecuali mereka mau duduk dan merundingkan perdamaian.”

Baru-baru ini, AS memveto resolusi Dewan Keamanan tentang tindakan protektif internasional bagi masyarakat Gaza yang mendapatkan dukungan dari 10 anggota lain. Sebelumnya, AS memveto resolusi yang menyatakan “… keputusan dan tindakan apa pun yang dimaksudkan untuk mengubah … karakteristik, status atau komposisi demografis Kota Suci Yerusalem tidak memiliki efek legal, batal demi hukum dan harus dicabut sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan yang relevan.” Baru minggu lalu AS menarik diri dari Konsil Hak Asasi Manusia PBB, menyebutkan “bias politik” kelompok tersebut terhadap Israel.

Selama puluhan tahun Amerika Serikat berpura-pura menjadi teman bicara yang netral dalam “proses perdamaian” … mengklaim memperantarai perdamaian yang adil bagi rakyat Palestina, bahkan saat AS mempersenjatai dan membantu Israel memperluas wilayahnya ke bagian Palestina. Untuk mempertahankan peran fiksinya sebagai “wasit”, pemerintahan Gedung Putih dari kedua partai biasanya mengirim utusan dengan rekam jejak diplomatik yang panjang, yang tampak berniat baik dan adil … bahkan tampak tulus … sementara sambil menghadang semua aksi internasional yang menentang pendudukan ilegal Israel dan memberikan milayaran dolar kepada IDF yang berasal dari kantong pembayar pajak AS.

Sandiwara ini terus berlangsung selama lebih dari empat puluh tahun Kebijakan AS sejati … untuk membangun negara klien, Israel, menjadi benteng dengan kekuatan militer regional yang mampu untuk mewujudkan kepentingan Amerika … sementara Israel mengejar agenda mereka untuk mengusir rakyat Palestina, merebut tanah mereka dan memenjarakan atau membunuh mereka. Mestinya jelas sekarang kalau AS tidak pernah berniat untuk membantu Palestina untuk berdaulat. Itikad buruk Amerika meliputi menghancurkan kesepakatan bilateral dengan aroma pengkhianatan dan kematian.

Hari ini tidak lagi dibutuhkan sandiwara atau bahkan diplomat. Jared Kushner, pengembang lahan yasan Yahudi Ortodoks, sekarang muncul sebagai sandiwara Timur Tengah Amerika terbaru … seseorang yang sangat berperan dalam keberhasilan Zionisme yang tidak dianggap serius oleh siapa pun kecuali sebagai pramuniaga kawakan bagi mimpi Israel.

Dalam hal ini, dia memenuhi kriteria Trumpian dalam “trolling” pihak oposisi: tunjuk orang yang paling tidak pantas untuk menempati posisi di mana dia paling tidak kompeten, dan lihat bagaimana musuhmu berbusa mulutnya karena marah. Tugas Kushner di sini adalah untuk merusak dan memecah tradisi beradab “kedamaian timur tengah” … sebuah permainan rumah kekuatan Barat … dan menghancurkannya. Tujuan Trump adalah menarik kepentingan Amerika seluruhnya dan selamanya ke sisi Israel dan memastikan tidak ada lagi posisi negosiator Amerika di masa depan. Setelah Trump, tidak akan ada lagi “proses perdamaian” … karena kredibilitas Amerika dalam hubungan internasional sudah tidak ada lagi.

State Department AS (setara dengan departemen luar negeri di Indonesia – penerjemah) dirusak dan diisi dengan staf amatir oleh Trump dengan gaya diplomasinya yang penuh dengan bencana. Buat apa Palestina mendengarkan Jared Kushner? Bahkan kalau dia menjanjikan dunia yang penuh dengan madu, mertuanya dapat, dan akan, mengambilnya kembali dengan sebuah tweet keesokan harinya.

Kushner, dalam wawancaranya, menghina Palestina dan hanya menawarkan perbudakan ekonomi dalam visinya tentang zona teknologi tinggi dan pemberdayaan ekonomi … Silicon Valley di Palestina, tanpa kedaulatan, hak asasi sipil dan manusia, dan tanpa masa depan politis apa pun, hanya bisa mengabdi kepada Israel sebagai pekerja paksa tanpa agensi atau pun kendali. “Perjanjian” inilah yang ditawarkan oleh utusan Amerika terakhir … terima perbudakan ini atau musnah. Agenda Trump berhasil mengubur perjanjian bilateral. Rakyat Palestina akan kembali ke barikade dan bersiap untuk melawan.

Menyusuri jalan kenangan dari Oslo berarti masuk ke jalan tol janji yang dilanggar dan pepesan kosong yang disertai bukan oleh niat baik tapi ratapan pemakaman tanpa henti di mana perempuan dan laki-laki muda menjadi martir supaya suara rakyat Palestina bisa didengar.

Pemikiran bahwa Amerika Serikat dapat dan akan memainkan peran sebagai perantara yang adil dan jujur demi tercapainya keadilan bagi rakyat Palestina tak lain dari mitos yang dirancang secara bagus.

AS mengejek dirinya sendiri dengan berdiam diri saat Israel secara ilegal mencaplok banyak wilayah Tepi Barat yang telah diduduki sejak Oslo dan memenjarakan lebih dari ratusan ribu rakyat Palestina yang berani untuk menuntut keadilan dan persamaan hak. Ratusan lainnya kehilangan nyawa mereka akibat kekerasan pemukim atau di tangan IDF. Selama periode yang sama puluhan ribu rakyat sipil telah terbunuh atau terluka akibat serangan berulang di Gaza.

Sama seperti ayah mertuanya, Jared Kushner adalah perampok yang masuk ke rumah Anda untuk mencuri barang Anda yang paling berharga dan lalu berjanji untuk mengembalikannya ditukar dengan anak Anda. Dipenuhi dengan janji palsu, jangan salah kalau Kushner berbicara ke Palestina bukan hanya sebagai bocah pengantar pesan dari Donald Trump, tapi juga sebagai stempel Netanyahu dan proyek lamanya. Bagi mereka, perjanjian “utama” tidak ada urusannya dengan terwujudnya keadilan tapi semuanya demi keuntungan partisan pribadi.

Stanley L. Cohen
https://www.counterpunch.org/2018/06/29/the-peace-deal-that-is-all-israel/