Kartu Yarmouk
Daerah Damascus sebelumnya memiliki jumlah penduduk lebih dari satu juta orang, 160.000 di antaranya adalah pengungsi Palestina, menurut PBB, selebihnya orang Suriah. Kondisi buruk permukiman Yarmouk digunakan oleh kelompok ‘kemanusiaan’ untuk menarik simpati dan membingungkan pendukung Palestina terkait isu Suriah dan menghancurkan citra perlakuan pemerintah Suriah terhadap penduduk Palestina. Faktanya, Suriah merupakan teman dan pembela Palestina yang paling baik, menyediakan pengungsi Palestina di Suriah dengan kualitas hidup yang sama dengan penduduk Suriah, termasuk pendidikan gratis, layanan kesehatan dan layanan sosial lainnya. Kondisi ini tidak didapati di negara-negara tetangga Palestina, di mana para pengungsi Palestina tinggal di kemah pengungsi dalam kondisi yang memprihatinkan dan tidak diberikan hak untuk bekerja secara profesional, tidak mendapat layanan kesehatan dan pendidikan, harkat martabat mereka direndahkan.
PBB, industri HAM dan media menyamarkan Yarmouk, mengabaikan (whitewashing) dua hal, adanya berbagai kelompok teroris dan peran beberapa faksi Palestina dalam memungkinkan masuknya kelompok-kelompok ini, serta peran mereka turut berperang melawan pemerintah Suriah. Beberapa pengamat juga mengabaikan evakuasi penduduk Yarmouk yang difasilitasi pemerintah Suriah ke tempat penampungan milik pemerintah, masyarakat, dan PBB. Mereka juga mengabaikan serangan teroris berulang kali terhadap pemerintah dan distribusi bantuan lainnya di dalam permukiman, serta demonstrasi anti-teroris yang dilakukan warga Yarmouk.
Salah satu demonstrasi terjadi pada bulan Mei 2013, di mana jurnalis Tim Marshall dari media Inggris Sky News terperangkap dalam serangan kelompok yang ia sebut tembakan ‘pemberontak’. Dia melaporkan:
…Beberapa orang berteriak ke arah kami: “Tolong sampaikan yang sebenarnya kepada dunia! Kami tidak ingin ada para pejuang di sini, kami ingin tentara membunuh mereka!” Sekitar 1.000 orang ikut dalam demonstrasi. Penembakan berhenti segera. Seorang laki-laki jatuh, diikuti yang lainnya. Ketika melewati kami, seorang pria berhenti dan berteriak bahwa ia yakin para pejuang itu bukan orang Suriah melainkan orang-orang yang dibayar untuk datang ke Damaskus dan membunuh orang-orang…
Dalam tulisannya di bulan April 2015 “Siapakah Warga Yarmouk yang Kelaparan dan Terperangkap dan Kenapa Mereka ada di Sana?” Paul Larudee bertanya:
Siapa penduduk sipil yang masih berada di sana dan kenapa mereka menolak untuk dievakuasi keluar tempat penampungan seperti orang-orang lain? Pengawas kegiatan kemanusiaan setempat melaporkan bahwa (melalui komunikasi personal) beberapa di antara mereka bukan berasal dari Yarmouk dan beberapa bukan orang Palestina. Mereka termasuk keluarga orang Suriah dan prajurit asing yang mencoba untuk menurunkan pemerintahan Suriah dengan kekuatan senjata, dan beberapa dari mereka datang dari daerah yang berdampingan dengan Yarmouk, seperti Hajar al-Aswad yang merupakan daerah yang dikuasai Daesh.
Artikel Larudee lebih lanjut memaparkan berbagai permasalahan:
- Pemerintah Suriah memperbolehkan bantuan pangan ke dalam daerah tersebut: “…diperbolehkan penyimpanan pasokan di ujung perkemahan dan memperbolehkan penduduk sipil dari dalam untuk mengumpulkan dan mendistribusikan bantuan…”
- Taktik pengepungan militer Suriah (dikombinasikan dengan evakuasi penduduk sipil): “Tujuannya untuk mengeluarkan penduduk sipil dari wilayah tersebut sebanyak mungkin kemudian menyerang musuh atau memaksa mereka menyerah”
Analis Sharmine Narwani mengamati:
Pemerintah Suriah sangat berhak memblokade perbatasan di antara Yarmouk dan Damaskus untuk mencegah pasukan ekstremis bersenjata agar tidak bisa memasuki ibukota. Saya pernah beberapa kali di Yarmouk, termasuk tahun lalu dan telah berbicara dengan para pekerja kemanusiaan di dalam kamp, termasuk UNRWA. Pemerintah Suriah, dalam pandangan mereka – membantu mendapatkan bantuan dan makanan ke pengungsi di dalam perkemahan – ini bertentangan dengan narasi barat dan aktivis seperti EI…sebagian besar dari mereka pun tampaknya belum pernah menginjakkan kaki ke dalam Yarmouk sejak awal meletusnya konflik.
Meski angka 18.000 penduduk Palestina yang tersisa di Yarmouk mungkin akurat pada bulan Oktober 2013, kini setelah ribuan orang dievakuasi, publikasi anti-Suriah terus saja menggunakan angka 18,000. Jurnalis Lizzie Phelan, yang mengunjungi Yarmouk bulan September 2015, mengatakan jumlahnya hanya sekitar 4,000.
Sebagian besar media dan kelompok HAM tidak melaporkan adanya prajurit Palestina yang berjuang bersama dengan SAA, di Yarmouk dan di Suriah bagian lainnya, melawan prajurit aliansi NATO. Al Masdar News melaporkan pada bulan Juni 2015:
…ISIS awalnya meluncurkan serangan yang sukses di Distrik Kamp Yarmouk bulan Maret; namun, setelah serangan bersama yang dilancarkan PFLP-GC, Fatah Al-Intifada, Palestine Liberation Army (PLA), dan anggota Aknef Al-Maqdis; ISIS terpaksa mundur ke selatan distrik, hanya poros selatan yang masih berada di bawah kendali mereka.
Tulisan Sharmine Narwani “Mencuri Palestina: Siapa yang Menarik Orang Palestina ke dalam Konflik Suriah?” (“Stealing Palestine: Who dragged Palestinians into Syria’s conflict?”) adalah bacaan penting untuk memahami situasi saat ini di Suriah dan kaitannya dengan pengungsi Palestina. Sementara itu, bagi penduduk Palestina sendiri, Gerakan Solidaritas Suriah (Syria Solidarity Movement) merilis pernyataan yang menekankan bahwa “lebih dari 1101 kelompok Palestina dan individu menyatakan solidaritas mereka untuk orang Suriah dan negara Suriah.” Penandatangannya termasuk uskup agung Yerusalem Atallah Hanna, Palestinian Popular Forum, Yarmouk, dan warga Palestina lainnya di Yarmouk.
Pelanggar Penggunaan Bahan Kimia Masih Terus Terjadi
Israel telah lebih dari satu kali menggunakan bahan kimia yang dilarang dan senjata lainnya dalam peristiwa mengepung total hampir 2 juta orang Palestina di Gaza. Pada saat pembantaian Israel tahun 2008/2009 di Gaza, tentara Israel menghujani fosfor putih di atas sekolah-sekolah yang menampung warga Palestina yang mengungsi, di atas rumah-rumah, rumah sakit (saya mengumpulkan rekaman video, foto, dan saksi mata pada saat itu). Israel juga menggunakan DIME atau alat peledak yang terlarang terhadap penduduk Palestina di Gaza. Namun, Israel tidak dihukum, dan tetap menerima miliaran dolar dan persenjataan baru setiap tahun. Sama halnya dengan AS yang tidak pernah dimintai pertanggungjawaban atas kejahatan meluas menggunakan senjata CW terhadap penduduk Vietnam dan Irak.
Aktor AS dan HAM telah berulangkali – dan tanpa bukti – menuduh Suriah menggunakan gas Sarin, kemudian klorin, tuduhan yang telah dibantah dengan jelas. Penyelidikan Seymour Hersh tentang serangan sarin sangatlah lantang, namun media AS tidak mau menerbitkannya.
Membantah tuduhan serangan klorin bulan Mei 2015 – yang selalu diikuti kelompok HAM yang meminta zona Dilarang Terbang, Stephen Gowans menuliskan:
Sebagai senjata, gas klorin sangat tidak efektif. Gas ini mematikan hanya jika dipakai dalam dosis konsentrasi tinggi di mana pengobatan medis tidak tersedia. Efektivitas gas ini jauh di bawah senjata konvensional. Lalu, kenapa tentara Suriah menggunakan senjata yang tidak efektif, yang dikecam opini publik dunia, dan penggunaannya dapat memberikan AS alasan untuk secara langsung mengintervensi Suriah dengan pasukan militer, ketika Suriah sebenarnya memiliki senjata konvensional yang lebih efektif, yang tidak dikecam opini publik yang penggunaannya tidak bisa dijadikan alasan untuk Washington agar bisa mengintervensi? (Lihat juga tulisan Gowans “New York Times terlibat Menyebarkan Tuduhan Palsu terhadap Suriah”)
Tim Anderson menginvestigasi serangan Ghouta bulan Agustus 2013 dan menyatakan:
- Penyelidik PBB Carla del Ponte mendapat kesaksian korban bahwa ‘pemberontak’ telah menggunakan gas sarin dalam serangan sebelumnya 15
- Pasukan Turki memaksa menempatkan gas sarin di rumah para prajurit Jabhat al Nusra.
- Bukti manipulasi video dalam serangan Ghouta.
- “Orangtua yang diidentifikasi di dalam foto sama dengan yang diculik di Latakia, dua minggu sebelumnya.”
- “CW telah dipasok oleh Saudi untuk kelompok ‘pemberontak’, beberapa warga lokal meninggal karena tidak ditangani dengan baik.”
- “Tiga dari lima serangan CW adalah terhadap tentara atau terhadap tentara dan warga sipil.”
Para Intervensionalis telah berulang kali menuduh pemerintah Suriah menggunakan CW, namun kriminal sesungguhnya masih bebas menggunakannya.
Melawan Hasutan, Mendukung Perdamaian
Perwakilan Permanen Suriah di PBB, Dr. Bashar al-Ja’afari, pada bulan Mei 2015, mengatakan bahwa menyebarkan hasut dan kebohogan terhadap Suriah adalah pelanggaran berat Resolusi Dewan Keamanan PBB (UNSC) No. 1624 tahun 2005 dan juga melanggar etika jurnalisme, jika ada, demikian dilaporkan lembaga SANA.
Media Suriah yang berupaya melaporkan kenyataan Suriah yang terus diserang, telah beberapa kali dijadikan sasaran, ini merupakan sesuatu yang tidak diakui MSM (Lihat: Media tidak melaporkan Jurnalis dan Penduduk Sipil Arab yang Dipenggal di Suriah, Didukung oleh Tentara Bayaran Negara Barat).
Di saat aliansi NATO memaksa perlunya “zona aman”…artinya “zona dilarang terbang” dengan tujuan membom Suriah, aktivis anti perang dan jurnalis harus mengecam kebohongan pemerintah anti-Suriah dan kelompok HAM dan harus mengungkap kebenaran dari perang Suriah melawan terorisme.
Sejak menulis draft ulasan Syria-101, telah banyak terjadi perubahan dalam perang Suriah melawan terorisme yang didukung asing, misalnya serangan udara Rusia terhadap Da’esh dan sekutunya. Meningkatnya bantuan Rusia untuk Suriah – dengan pesawat terbang Rusia menghancurkan lebih banyak teroris Da’esh dan teroris yang didukung barat dan kamp pelatihan mereka hanya dalam beberapa hari, hika dibandingkan koalisi AS dalam beberapa tahun terakhir. Ini adalah titik balik dalam perang Suriah. Bisa diperkirakan, media korporasi berusaha sekuat tenaga untuk menjelek-jelekkan keterlibatan Rusia, meskipun Rusia diundang oleh pemerintah Suriah untuk melakukan apa yang mereka lakukan saat ini.
Siapapun yang mengikuti perkembangan Suriah dari dekat telah menyuarakan apa yang dikatakan kepemimpinan Suriah selama bertahun-tahun, yaitu cara untuk menghentikan ISIS dan semua faksi teroris, dan mewujudkan keamanan di kawasan, adalah untuk menghentikan persenjataan, pendanaan, pelatihan, dan penyaluran teroris dan senjata ke dalam Suriah, menghentikan indoktrinasi sektarian yang datang dari sheikh ekstremis dari kawasan Teluk, dan mendukung tentara Suriah dan sekutunya dalam perjuangan mereka memperebutkan keamanan dan stabilitas di Suriah.
Eva Bartlett
http://dissidentvoice.org/2015/10/deconstructing-the-nato-narrative-on-syria/