Argumentum ad Populum
Argumentum ad Populum adalah beragumen dengan berdasarkan “banyak orang yang mengatakan hal itu.”
Contoh:
A: “Qaddafi itu pemimpin zalim! Memang layak ditumbangkan oleh mujahidin!”
B: Apa buktinya? Kalau dia zalim kok bisa Libya jadi negara dengan kualitas pembangunan manusianya terbaik se-Afrika? Kok bisa semua digratiskan, kesehatan, pendidikan, dll.
A: Semua ustadz dan ustadzah kita bilang demikian kok!A: Kisah “bocah di kursi oranye itu” di Aleppo itu kemungkinan besar “staged” (dibuat/direkayasa), karena beberapa kejanggalan berikut ini.. [penjelasan].
B: Anda ngawur! Semua media besar, New York Times, BBC, CNN, sudah memberitakan kasus ini!
Fallacy Ignoratio Elenchi
Fallacy Ignoratio Elenchi: kesimpulan yang diambil dari premis tidak relevan.
Contoh:
“Dia itu ustadz besar lho! Hafal Quran! Tidak mungkin dia melakukan kejahatan tersebut!”
“Anda saksikan sendiri, para anggota HTI itu pintar-pintar, sholeh, rajin mengaji, ga suka pacaran… mana mungkin mereka merencanakan makar pada NKRI?”
Argumentum ad ignorantiam
Argumentum ad ignorantiam: menyimpulkan sesuatu itu benar karena negasinya belum terbukti, atau sebaliknya.
Contoh (perhatikan kata yang saya kasih tanda bintang):
- Hantu itu *tidak ada*, karena tidak ada yang bisa membuktikan bahwa hantu itu *ada*
- Bumi itu *bulat*, karena tidak ada yang membuktikan bahwa bumi itu *datar*.
- Assad itu *pelaku* serangan gas kimia di Idlib karena *tidak ada* investigasi PBB yang menyebutkan bahwa *bukan* Assad pelakunya
A: Assad itu diktator Syiah yang bengis, laknatulloh! Ini lihat foto korban-korbannya!
B: Lho, itu kan foto di Gaza, bukan di Suriah [sambil memperlihatkan hasil cek di google image]
A: Kalau gitu, Anda buktikan pada saya bahwa Assad itu bukan diktator Syiah yang jahat!
B: [dalam hati: kok elu ngasih kerjaan ke gue? Elu yang nuduh, elu yang kasih bukti dong!]
Falasi aksidensi
Falasi aksidensi: kita memaksakan aturan umum pada suatu keadaan yang aksidental.
Contoh:
“Bashar Assad itu pemimpin brutal dan diktator, lihat saja, dia membantai para mujahidin!”[aturan umum: membunuh adalah kejahatan; tapi dalam kasus Suriah, mereka yang disebut “mujahidin” adalah milisi bersenjata proxy AS, Saudi, dll, yang melakukan serangan bersenjata dengan tujuan menggulingkan pemerintahan yang sah yang terpilih melalui pemilu].
Falasi komposisi dan divisi
Falasi komposisi dan divisi: kesalahan berpikir yang muncul dari anggapan bahwa apa yang benar atau berlaku bagi individu tertentu pasti juga berlaku untuk seluruh individu yang ada pada kelompok itu.
Ini sama dengan analogi (jadi, analogi pada dasarnya salah satu bentuk falasi, kecuali pada kondisi tertentu, baca lagi bab analogi). Kesalahan analogi juga bersumber dari pembandingan yang tidak setara.
Karena itu, contoh-contoh berikut ini malah dobel-falasi (pakai analogi + analogi tidak setara).
Contoh:
- “Nak, kamu harus berani berenang dong, masak kalah sama ikan?”
- “Kalau HTI dibubarkan, mengapa Syiah dan Komunis tidak dibubarkan juga?”
- “ Kalau Menteri Agama menolak memerintahkan agar warung tutup di bulan Ramadhan untuk menghormati mereka yang TIDAK PUASA, maka harusnya Menag memerintahkan Bandara Bali BUKA DI HARI NYEPI untuk menghormati mereka yang tidak beribadah Nyepi!”
KEPASTIAN kebenaran hanya bisa didapatkan dari DEDUKSI (dengan sejumlah aturan, tentunya), sementara itu INDUKSI hanya memberikan KEMUNGKINAN. Karena itu, kita tidak boleh memastikan, menghakimi, apalagi mengambil tindakan (misalnya, pergi jihad ke Suriah lalu mengebom-ngebom di sana) hanya berdasarkan penalaran induktif. Apalagi, berdasarkan ANALOGI.
Falasi yang dijelaskan di sini hanya SEBAGIAN KECIL dari banyak falasi lainnya (teman saya, seorang doktor filsafat, sudah menginventarisir 70-an jenis falasi). Tapi semoga dari yang sedikit ini saja, setidaknya, kita semakin kritis dan berhati-hati dalam menerima informasi.