Ini adalah kejadian pertama kalinya dalam perang Syria dimana AU Syria menyerang pasukan Kurdi. Situasi memburuk dengan cepat, sampai pasukan khusus Amerika yang tergabung dan tersamar dalam barisan Kurdi, mengundurkan diri dari ibukota Hasakah, sementara pesawat koalisi meningkatkan patroli udara mereka diatas Hasakah untuk menggertak pesawat-pesawat AU Syria agar menghentikan pengeboman kepada pasukan Kurdi.
Pada 20 Agustus 2016, baku tembak menurun intensitasnya, dan Gubernur Hasakah, Muhammad Za’al Ali, mengupayakan gencatan senjata dan mengingatkan kedua belah pihak yang berperang bahwa mereka sejatinya adalah sekutu, terbukti dengan kerjasama mereka mengusir Daesh tahun lalu.
Bukannya menyetujui ajakan Gubernur Hasakah, PYD dan YPG kembali menuduh NDF menyebarkan propaganda anti-Kurdi dan menuntut keluarnya pasukan NDF dari ibukota Hasakah, sebelum mereka menyepakati gencatan senjata. Hal itu tentu saja ditolak mentah-mentah oleh pemerintah Syria.
Tidak pakai lama juga, pada sorenya, pertempuran kedua pihak mulai memanas lagi, ditandai dengan serangan gabungan dari artileri dan infantri AD Syria, dengan pengeboman udara dari AU Syria. Pasukan Kurdi hampir terkalahkan menjelang malam hari, namun pada subuh 21 Agustus, bala bantuan Kurdi dari luar ibukota mulai membanjiri setiap jalanan kota dan membalikkan keadaan, dan merebut banyak wilayah dari SAA. Keadaan juga diperparah dengan pengeboman udara dari tamu-tamu tidak diundang -AU Amerika- terhadap posisi-posisi pasukan Syria.
Alhasil, setelah pertempuran tiada henti selama 3 hari, mediasi baru berkat usulan Rusia pun tercapai antara kedua belah pihak pada 23 Agustus 2016 guna mencegah konflik Kurdi dan SAA meluas dan menyebar diluar kendali.
Sebenarnya ini bukanlah mediasi yang berimbang, karena hasil akhir dari pertempuran seminggu tersebut tepat sebelum mediasi adalah penguasaan total ibukota Hasakah oleh para pengkhianat Kurdi berkat dukungan besar AU Amerika, dan SAA pun terpaksa meninggalkan kota tersebut dengan angka korban jiwa yang tinggi dipihak mereka.
Kita mungkin bertanya, apa yang sebenarnya hendak dicapai oleh para pengkhianat tersebut dalam perebutan kota Hasakah pada tahun lalu? Jawabannya terpusat pada dua faktor penting.
Faktor pertama, sifat oportunistik Kurdi yang tidak segan-segan memanfaatkan dan mengkhianati pemerintah sah Syria yang selama ini mengayomi dan memenuhi kebutuhan dan kehidupan sipil mereka, dan memberikan jaminan hidup yang lebih baik daripada apa yang diberikan Turki kepada etnis Kurdi didalam negeri Turki sendiri.
Tetapi semua itu tidaklah cukup bagi kaum oportunistik. Dengan perebutan Hasakah, mungkin para pengkhianat Kurdi itu meyakini bahwa mereka kini telah selangkah lebih mendekati pembentukan Rojava / Kurdistan Raya impian mereka.
Faktor kedua, letak strategis Hasakah. Sebagai provinsi yang terletak di timur laut Syria, al Hasakah berbatasan langsung dengan daerah otonomi Iraqi Kurdistan. Seperti yang kita ketahui, Iraqi Kurdistan walaupun masih termasuk dalam wilayah kedaulatan Iraq, namun mereka memiliki pemerintahan otonomi sendiri, dan pemerintahan tersebut sangatlah dekat dengan Amerika dan NATO.
Pangkalan-pangkalan koalisi “anti-Daesh” juga sebagian besar terletak di wilayah otonomi Kurdi Iraq tersebut. Dengan penguasaan Hasakah lewat tangan Kurdi, tentunya Amerika hendak memperluas zona yang bisa mereka caplok untuk partisi negara Syria kelak. Terlebih lagi, apabila pasukan Amerika, NATO dan Kurdi bisa bebas lalu lalang perbatasan Hasakah-Syria dengan Iraqi Kurdistan, tentunya itu berarti perang terhadap pemerintahan sah Syria akan berlangsung jauh lebih lama lagi.
Bagaimana tidak? Apabila Turki kelak berganti haluan dan memihak Rusia-Iran, dan berkemungkinan menyegel perbatasan mereka dengan Syria sebagai pembuktian keseriusan normalisasi bilateral mereka, maka Amerika tetap memiliki jalur alternatif untuk memasukkan kombatan asing beserta suplai logistik kepada para pemberontak didalam wilayah kedaulatan Syria, baik itu pemberontak takfiri multinasional, maupun pemberontak Kurdi.
Belum lagi itu memperlancar arus suplai dan koordinasi antara basis mereka di Iraq Kurdistan dengan basis-basis ilegal mereka di dalam wilayah kedaulatan Syria. Dan penguasaan Hasakah oleh Barat dan Kurdi juga berarti kelangsungan nadi muqawama dari Iran, Iraq dan Syria menuju Lebanon, juga berada dalam ancaman besar.
Oleh karena itulah, kartu andalan baru bernama Kurdistan Raya ini sangatlah berbahaya bagi negara-negara kawasan, namun sangat berguna bagi Amerika dan Israel. Dengan sifat oportunistik Kurdi, dipadu dengan iming-iming pembentukan Kurdistan Raya utopis, tidak heran para pengkhianat Kurdi menyambut kerjasama dan perintah Amerika dengan luar biasa hangat.
Oh iya, saya juga menyebut Israel pada kalimat sebelumnya. Pada bagian berikut, kita akan membahas relevansi Kurdistan Raya dengan sejarah terbentuknya entitas zionis Israel, serta apa yang dapat Israel peroleh dari kartu Kurdistan Raya ini.
VI: Relevansi Kurdistan Raya Dengan Israel?
Seperti yang telah saya sebutkan pada penghujung bagian V sebelumnya, akan saya jabarkan relevansi Kurdistan Raya dengan sejarah terbentuknya entitas zionis Israel terlebih dahulu. Kali ini, saya hanya akan menggunakan metode yang simple, mulai dengan template paragraf berikut ini:
“Sebelum terbentuknya negara Israel[1], bangsa Yahudi[2] tersebar diantara banyak negara Eropa[3]. Tetapi pasca Perang Dunia 2[4], dan seruan pentingnya pendirian suatu negara bagi bangsa Yahudi pun semakin bergema, terutama dari kalangan Zionis, para aktivis hak asasi masa itu, dan para elit politik Eropa Barat[5]. Pada akhirnya, dengan dukungan negara-negara kuat didunia pada masa itu, baik dari Blok Barat maupun Timur[6], negara Israel pun diberdirikan diatas tanah bangsa Palestina[7].”
Sekarang mari kita ganti ketujuh poin yang telah dipertebal dan diberi nomor pada template diatas, dan ganti dengan istilah-istilah kontemporer, seperti berikut ini:
“Sebelum terbentuknya negara Kurdistan Raya, bangsa Kurdi tersebar diantara banyak negara Timur Tengah. Tetapi pasca Perang Syria, dan seruan pentingnya pendirian suatu negara bagi bangsa Kurdi pun semakin bergema, terutama dari kalangan etno-nasionalis Kurdi, para aktivis HAM, dan para elit politik Eropa Barat. Pada akhirnya, dengan dukungan negara-negara kuat didunia pada masa itu, baik dari Uni Eropa maupun monarki-monarki Teluk, negara Kurdistan pun diberdirikan diatas tanah bangsa Syria, Turki dan Iraq.”
Sudah dapat gambarannya? Apakah kita hentak melihat sejarah serupa terulang kembali dimasa kita ini ataupun di kehidupan generasi berikutnya? Sejarah dimana suatu bangsa dimuliakan sedemikian rupanya, dan pendirian negara bangsa tersebut harus dengan cara mengorbankan hajat hidup puluhan juta –atau mungkin lebih- rakyat dikawasan yang dilanda berbagai konflik?
VII: Keuntungan Proyek Kurdistan Raya Bagi Israel
Pada penghujung bagian V juga, saya ada menyebutkan, kiranya apa yang dapat Israel peroleh dari kartu Kurdistan Raya ini. Jawabannya: Pemecahan dan pelemahan Syria, dan denyut nadi muqawama.
Yang paling kemungkinan terjadi saja, yaitu rencana Barat untuk mempartisi negara Syria menjadi beberapa negara-negara kecil yang berbasis etnis dan keyakinan. Dalam rencana tersebut, apabila Assad tetap terlalu tangguh untuk diturunkan dari jabatan presidennya, maka Barat berencana membagi Syria kedalam setidaknya tiga negara kecil.