Muhammad bin Salman sama sekali tidak mengajukan satu pun hal di atas. Sebaliknya, dia berrencana untuk melakukan hal yang berlawanan: meningkatkan pengeluaran lebih banyak dan lebih cepat melalui program industrialisasi megah dan tidak realistis sambil meningkatkan anggaran pertahanan Arab Saudi yang sudah membengkak (konon terbesar ketiga di dunia) menjadi lebih besar lagi dengan menaikkan belanja militer menjadi setinggi langit.

Pada saat yang bersamaan dia juga menggandakan taruhan pada pertikaian dengan Iran – negara yang jauh lebih kuat dibanding Arab Saudi sekarang dan selamanya – yang justru lebih banyak merusak Arab Saudi sendiri sambil meningkatkan komitmen kebijakan luar negeri Kerajaan yang sudah terlalu besar menjadi lebih besar lagi.

Tindakannya justru menunjukkan bahwa dia bukan saja seorang anak muda galau yang terburu-buru, namun juga seseorang yang merespon perlawanan dan kemunduran bukan dengan memikirkan ulang strateginya tapi malah menggandakan taruhan dan menjadi lebih agresif.

Kejutan Saad Hariri

Keputusan untuk menculik, menawan, dan memaksa Perdana Menteri Libanon Saad Hariri mengeluarkan pernyataan ‘pengunduran diri’ adalah salah satu contohnya. Saya bingung kenapa hanya sedikit yang mengatakan bahwa langkah ini memalukan dan sejujurnya aneh.

Bukan saja tindakan ini merupakan pelanggaran berat hukum internasional, tapi juga merupakan aksi yang benar-benar berlawanan dengan tradisi negara-negara Arab yang ramah dan bersahabat terhadap tamu yang sudah berurat berakar sejak dahulu. Tentunya kebanyakan orang di Libanon dan saya kira di dunia Arab lainnya (termasuk Arab Saudi sendiri) akan terkejut dengan peristiwa tersebut.

Selain itu tindakan tersebut benar-benar kontraproduktif. Melihat dari apa yang Muhammad bin Salman lakukan kepada Saad Hariri, bagaimana mungkin pemimpin negara-negara Arab lainnya yang lebih kecil berani untuk menghadapi risiko bila menerima undangan dari Muhammad bin Salman lagi?

Perlakuan Muhammad bin Salman kepada Saad Hariri bukanlah tindakan seorang negawaran namun seorang berandal. Bahkan tiran yang paling brutal di Timur Tengah sekali pun – seperti Saddam Hussein – tidak pernah bertindak terbuka seperti ini: menculik, menawan, dan memaksa seorang Perdana Menteri negara Arab yang semestinya sahabat untuk “mengundurkan diri’ saat orang tersebut mengunjungi negaranya.

Popularitas Sekejap ‘Pembersihan’

“Pembersihan” yang dilakukan oleh Muhammad bin Salman merupakan bagian dari perilaku yang keji dan kontraproduktif. Bila “pembersihan” mau dilihat sebagai perang antikorupsi dengan sedikit melonggarkan batasan sosial yang baru saja diumumkan oleh Muhammad bin Salman, maka tindakan tersebut membuatnya populer di antara masyarakat Saudi yang lebih muda (sumber dari sebagian besar dukungannya) namun Arab Saudi bukan [negara] demokrasi dan popularitas semacam itu kecil nilainya dibanding dengan harga yang harus dibayar, yaitu pengasingan pusat kekuatan tradisional negara, yang sedang dijalani Muhammad bin Salman dengan langkah yang makin cepat.

Kemungkinan popularitas ini hanya akan berlangsung sekejap. Karena Muhammad bin Salman tidak mengajukan perubahan mendasar apa pun pada masyarakat Saudi, namun malah hanya berusaha untuk memusatkan semua kekuatan ke tangannya sendiri, tidak ada alasan kenapa anak-anak muda Saudi harus mendukungnya atau kenapa perilaku korup Arab Saudi akan berkurang di masa mendatang di bawah kepemimpinannya dibanding yang situasi sekarang.

Yang terjadi malah sebaliknya, peluang untuk korupsi berlipat ganda sebagai akibat langsung dari program pengeluaran besar-besaran yang dilakukan Muhammad bin Salman.

Kemustahilan ‘Reformasi’ di Saudi

Pendapat saya adalah berkaca dari sifat masyarakat Saudi ide ‘reformasi’ di dalam Arab Saudi sendiri merupakan ide yang oksimoron. Meski pun hal tersebut secara teori bisa saja tercapai, pada praktiknya sifat dari sistem yang ada (lihat di atas) tidak memungkinkan.

Mungkin inilah sebabnya kenapa saat senja menjelang satu-satunya ‘solusi’ yang ditawarkan adalah yang ditawarkan oleh Muhammad bin Salman: mengamankan posisi Al-Saud di masa depan dengan mengubah oligarki yang dianut saat ini dengan kediktatoran yang terpusat pada dirinya sendiri.

Saudi Menjelang Kehancuran?

Mungkin saja aksi-aksi Muhammad bin Salman merupakan aksi putus asa terakhir namun penuh dengan kalkulasi bagi keluarga Al-Saud untuk menghindar dari kehancuran yang tak terelakkan. Sejujurnya saya ragu tindakan tersebut benar-benar sudah dipikirkan secara matang.

Apa pun itu, satu hal yang saya yakini: aksi-aksi tersebut lebih mungkin malah mempercepat kehancuran sebelum mereka sempat cegah atau tunda.

Berikut adalah tulisan saya mengenai Muhammad bin Salman di artikel saya tentang rencana ekonominya,

“Kejeniusan tak biasa Mohammed bin Salman adalah mempercepat kehancuran yang tak terelakkan, sehingga akan terjadi lebih cepat dibanding perkiraan, dan dalam kecepatan supersonik.

Patrick Cockburn, komentator paling berwawasan dalam bidang hubungan Timur Tengah, membandingkan biaya dan pemborosan Mohammed bin Salman saat menerima Presiden Trump dengan Pesta Persepolis 1971 Syah Iran yang sama kosong dan megahnya.

Acara tersebut ditambah dengan pengeluaran besar untuk program industrialisasi gila-gilaan namun tak berkesinambungan, yang sangat mirip dengan program yang sama yang direncanakan oleh Pangeran Mohammed bin Salman, yang pada akhirnya mencetuskan Revolusi Iran pada tahun 1979 dan jatuhnya monarki Iran. Bila hal yang sama terjadi di Arab Saudi hasilnya akan jauh lebih parah.”

Semua aksi Muhammad bin Salman sejak saya menulis artikel tersebut – pada 20 Mei 2017 – justru mengonfirmasi pendapat saya.

Sementara itu tidak ada satu pun alasan pembenaran untuk menyebut Muhammad bin Salman sebagai ‘reformis’ atau calon penyelamat Arab Saudi.

Sebaliknya dia malah tampak sebagai anak muda yang impulsif dan arogan yang terburu-buru yang tidak tahu apa yang dia lakukan dan yang aksi-aksinya jelas akan meruntuhkan Istana Saud di sekeliling dia sambil memastikan kejatuhannya sendiri.

 

Alexander Mercouris
http://theduran.com/anatomy-of-a-purge-is-saudi-arabias-mbs-a-tyrant-reformer-or-charlatan/