Peningkatan eskalasi ketegangan semakin dilancarkan rezim Saudi dengan memutus semua jalur penerbangan antara Saudi dan Iran, dan melarang warganya untuk bepergian ke Iran, seperti diutarakan Menteri Luar Negeri Saudi, Adel Al-Jubeir.
“Kami akan memutus semua lalu lintas udara dari dan ke Iran. Kami juga akan memutus semua hubungan perdagangan dengan Iran. Dan kami akan melarang warga untuk bepergian ke Iran,” ujarnya seperti dikutip Reuter.
Menurut Al-Jubeir, langkah ini bukanlah upaya rezim Saudi untuk meningkatkan ketegangan, dan menambahkan bahwa langkah Saudi hanyalah reaksi.
“Semua langkah kami hanyalah reaksi. Karena Iran-lah yang mengirim pasukan Quds dan Garda Revolusi ke Syria (untuk melawan Daesh dan pemberontak),” ujarnya.
Al-Jubeir menuntut agar Iran beralih menjadi negara yang ‘normal’ sebelum pemulihan hubungan di antara kedua negara tersebut bisa dibicarakan.
Menteri itu lalu menambahkan bahwa keputusan Saudi untuk mengeksekusi Sheikh Nimr al-Nimr adalah hal yang benar. Ia menuduh Al-Nimr telah melakukan upaya ‘provokasi, organisasi massa dan penyediaan senjata dan uang’ – klaim yang menurut Human Rights Watch tak terbukti di persidangan.
Ia menuntut Saudi harusnya dipuji atas eksekusi ini, dan bukan dicela.
Sebelumnya, Al-Jubeir juga mengumumkan bahwa Riyadh memutus hubungan diplomatiknya dengan Iran atas perusakan kedutaannya di Tehran.
Demonstran yang marah membakar kedutaan Saudi di Tehran pada Sabtu malam, dan kejadian serupa hampir terjadi di konsulat Saudi di Mashad, sebelum polisi Iran membubarkan massa.
Demonstrasi mengecam eksekusi ulama Syiah tersebut masih berjalan di Bahrain, Iran dan Iraq. Hari Senin tadi, polisi kerajaan Bahrain membubarkan demonstrasi di desa Al-Daih dengan gas air mata.