Recep Tayyip Erdogan dinilai akan harus menanggung kebijakan agresif dan perannya dalam destabilisasi di Timur Tengah, seperti dikutip dari koran Jerman, Frankfurter Rundschau.

Presiden Turki tersebut dengan sengaja menggagalkan proses perundingan damai dengan suku Kurdi di Turki, dan menciptakan sumber baru konflik di Timur Tengah.

Situasi saat ini sangat mirip dengan era awal 1990-an, ketika perang melawan suku Kurdi berlangsung dengan gencar dan tentara Turki menunjukkan kebrutalannya di tenggara negeri itu.

Partai berkuasa milik Erdogan baru-baru ini mengumumkan bahwa serangan terhadap suku Kurdi akan terus berlangsung, hingga semua pejuang berhasil dilenyapkan.

Meski demikian, kepungan yang suda berlangsung lama terhadap kota-kota suku Kurdi telah memaksa pemuda Kurdi untuk bergabung dengan gerakan perlawanan, memperkuat ancaman pada rezim Erdogan.

Tentara Turki telah melancarkan operasi militer di wilayah tenggara Turki, menurunkan hampir 10.000 serdadu yang didukung kendaraan lapis baja dan helikopter tempur.

Menurut koran tersebut, Eropa harusnya menekan Erdogan agar menghentikan pertikaian dan pertumpahan darah di Turki. Namun, pimpinan Uni Eropa dinilai terlalu takut untuk mengkritik Ankara, karena saat ini Turki memegang peranan penting dalam mengatur arus pengungsi yang melewati perbatasan Syria-Turki.

 

http://sputniknews.com/politics/20160108/1032848225/erdogan-vicious-circle-policies.html