Sepanjang masa pendidikannya, para pelajar menghabiskan banyak waktu di kelas atau di rumah – memenuhi pikiran mereka dengan informasi. Meski topiknya berbeda bagi setiap orang, salah satu yang paling umum dipelajari adalah sejarah.

Melalui sejarah, pelajar seringkali mendapati bahwa apa yang mereka pelajari merupakan kutukan dan gelar hinaan yang seringkali dikaitkan dengan mereka. Ironinya, sejarah menjadi salah satu pertimbangan kritis yang bisa menjadi rujukan bagi mereka saat dewasa.

Sejarah adalah kunci masa lalu dan masa depan. Dari Romawi, Mongol hingga kerajaan Inggris, dari perbedaan yang menyertai mereka, ada satu persamaan yang hadir dari raksasa-raksasa masa lalu itu – yaitu hasrat untuk mengambil lebih dari hak mereka.

Manusia yang terpelajar memahami betul bahwa mentalitas ekspansionis, yang menghancurkan benua-benua selama berabad-abad, tetap ada saat ini.

Krisis Terbesar Manusia?

Saat ini, masyarakat internasional dihadapkan dengan krisis terbesar sejak Perang Dunia II, yang meliputi tak hanya politik, militer dan penderitaan manusia.

Krisis ini kini terpusat di Syria, negara yang luasnya hanya dua perlima dari Texas, negara bagian Amerika Serikat. Hal yang cukup mencengangkan, namun yang lebih penting, apa yang spesial dari negara kecil seperti Syria hingga krisis yang melandanya mempengaruhi seisi bumi?

Sumber daya alam. Sesederhana itu.

Saat ini, negara-negara yang menjadi aktor utama krisis di Syria meliputi Rusia, AS, Iran, Qatar, Turki, Arab Saudi, Inggris dan Perancis. Negara-negara ini tak diragukan lagi merupakan yang terkuat di dunia saat ini dengan kemampuan membentuk arena global.

Semua negara tersebut telah jor-joran, baik secara ekonomi ataupun nyawa, untuk bisa mempengaruhi akhir dari krisis Syria. Puluhan NGO dan media telah diciptakan untuk mempengaruhi opini publik ke arah yang diinginkan para sponsor mereka.

Dua NGO paling berpengaruh yang beroperasi di Syria antara lain White Helmets dan Syria Campaign.

White Helmets sendiri didukung penuh oleh Yayasan Open Society milik George Soros yang memiliki aktor dan beroperasi tepat di area ‘pemberontak moderat’ untuk membentuk opini masyarakat dunia dan keuntungan politis.

Perebutan Sumber Energi

Sebelumnya, telah disebutkan bahwa sumber daya alam merupakan motivator utama di balik krisis Syria. Jika hal ini benar, maka perlu kita teliti sumber daya apa tepatnya yang sedang diperebutkan.

Sebelum kita meneliti, perlu untuk dipahami bahwa lokasi geologi Syria membuat negara itu menjadi sangat penting bagi susunan geopolitik. Perang di Syria tak ayal membuat pergeseran politik di arena internasional.

Lalu, apa sumber daya alam yang begitu berharga hingga nyawa dan instabilitas global menjadi taruhannya?

Gas dan minyak.

Sumber energi menjadi penyebab begitu banyak perang dan sanksi yang diterapkan ke banyak negara. Jejaring pengaruh dan instabilitasnya telah melanda banyak negara seperti Syria, Iraq, Venezuela, Iran, Rusia, Turki, Qatar, Arab Saudi, AS, Kuba, Kuwait, UEA, Kazakhstan, Libya, Nigeria dan Kanada.

Luangkan waktu dan bandingkan daftar negara tersebut dengan pemain kunci di krisis Syria.

Neo-kolonialisme Eropa

Selain sumber energi, krisis Syria berpusar pada Uni Eropa. Perang Dunia I dan II juga terjadi demi penguasaan teritori dan pasar Eropa.

Neo-kolonialisme selalau berhasil menciptakan ‘tokoh antagonis’ yang sepertinya tiba-tiba muncul entah dari mana, ketika memungkinkan untuk meraup keuntungan ekonomi dan politik.

Ini merupakan jalan yang sedang mereka bangun di Syria, sebagai jalur dan supplier bagi pasar energi dunia. Jika hal ini mengejutkan bagi Anda, saya sarankan untuk memperdalam pemahaman politik dan mengesampingkan nasionalisme.

Saat ini, penting bagi kita untuk membedah bagaimana hal ini bisa terjadi dan alasan yang menyertainya. Bagaimana Syria bisa mengemban peran kritis bagi pasar energi Eropa?

Letak geografis Syria memungkinkan jalur pipa dari negara-negara Teluk, yang kaya dengan sumber energi, hingga mencapai Uni Eropa. Tanpa bisa disangkal, negara penyedia dan penerima energi adalah negara yang paling diuntungkan jika Syria kolaps.

Dengan demikian, masihkah mengejutkan jika Anda membandingkan negara-negara yang terlibat dalam krisis di Syria dengan negara yang penjadi pendukung utama ‘pemberontak moderat’ di Syria?

Kemauan Kamu, atau Penguasa?

Sejarah memang penting untuk mempelajari perilaku manusia, pengalaman dan perkembangan global. Namun psikologi menempati urutan pertama dalam konteks yang sama.

Mengapa? Psikologi merupakan diktator tunggal paling kuat dalam aktivitas, sikap dan respon manusia. Jika Anda mau mengingat sejenak, hampir setiap konflik dalam sejarah bergantung pada ‘keinginan’ rakyat, karena aksi dari sebuah negara tak akan berarti tanpa dukungan dan kepercayaan publik.

Dengan kata lain, sepanjang rakyat dan warga negara menerima begitu saja narasi yang disampaikan oleh penguasa dan para elit politik, maka ‘keinginan’ mereka akan menjadi kenyataan.

Anda memiliki lebih banyak kuasa dan potensi pemahaman dari yang Anda bayangkan. Jangan menyia-nyiakannya dan menyerahkan diri pada penipuan yang dirancang oleh ego manusia berdasi yang serakah.